Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto. Foto: Ist

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, akhirnya menyaksikan sendiri apa yang selama sepekan terakhir hanya ia lihat melalui laporan: jalan putus, endapan lumpur setinggi lutut, rumah-rumah terseret arus, dan warga yang masih mencari keluarganya.

Kunjungan itu dilakukan di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumut, Ahad (30/11), enam hari setelah banjir dan longsor menerjang kawasan itu.

Suharyanto tiba dengan wajah tegang. Begitu memasuki desa terdampak, ia beberapa kali menggeleng, tertegun memandangi sungai yang berubah jadi jalur amuk lumpur.

“Saya surprise, saya tidak mengira seperti ini. Saya mohon maaf, Pak Bupati. Bukan berarti kami tidak peduli,” katanya lirih, berdiri di tengah puing-puing jembatan yang sudah hilang.

“Kami hadir dengan kekuatan penuh.”

Pernyataan itu menjadi penting karena dua hari sebelumnya, Suharyanto menuai kritik publik setelah mengatakan bahwa situasi bencana di Sumbar, Sumut, dan Aceh “terlihat mencekam karena berseliweran di media sosial.” Penilaian yang dianggap meremehkan kondisi warga.

Begitu melihat langsung skala kerusakan di Tapsel, setelah melewati Desa Batu Godang dan Aek Ngadol yang lebih dulu tergenang, ia tak bisa menutupi keterkejutannya.

Banjir di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat saat ini sudah memakan korban 712 orang per Selasa (2/12) sore. Foto. Ist

Kampung Hilang Dibawa Arus

Di Aceh, duka tak kalah pekat. Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), menangis saat menyampaikan laporan penanganan bencana dalam Apel Tim Recovery Bencana di Lanud SIM, Sabtu (29/11).

Suaranya bergetar ketika menyebut empat kampung yang hilang disapu banjir bandang dan longsor: Sawang, Jambo Aye (Aceh Utara), dan dua kampung di Peusangan (Bireuen).

“Beberapa kampung hilang entah ke mana… Aceh sekarang seperti tsunami kedua,” ujarnya.

Mualem menegaskan penanganan harus berlangsung cepat, terukur, dan tanpa jeda. Pembukaan akses darat menjadi prioritas karena hingga Senin (1/12) banyak desa di Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, hingga Aceh Tamiang masih terisolir.

“Tugas kita melayani mereka yang terdampak. Tidak boleh ada jeda kemanusiaan,” katanya.

Pemerintah provinsi kini mempercepat pembangunan jembatan Bailey di jalur Bireuen–Aceh Utara. Sekda Aceh, M. Nasir, menargetkan jembatan darurat itu selesai dalam tiga hari agar bantuan bisa melintas lewat jalur darat.

Warga berjalan di atas sampah kayu gelondongan pasca banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Sabtu (29/11/2025). Sampah kayu gelondongan tersebut menumpuk di pemukiman warga dan sungai pasca banjir bandang pada Selasa (25/11). ANTARA FOTO/Yudi Manar

442 Tewas, 402 Hilang

BNPB merilis data terbaru Minggu (30/11/2025). Total korban jiwa dari rangkaian banjir dan longsor di Sumatera mencapai: 442 orang meninggal dan 402 orang hilang.

Suharyanto menyebut angka ini masih mungkin bertambah mengingat laporan kehilangan terus masuk dari posko daerah.

Sumatera Utara mencatat korban terbanyak: 217 meninggal, 209 hilang, tersebar di sembilan kabupaten/kota, termasuk Tapanuli Tengah dan Selatan.

“Laporan kehilangan masuk terus dari warga,” kata Kepala Pusat Data BNPB, Abdul Muhari.

Sumatera Barat mencatat: 129 meninggal, 118 hilang, dengan lebih dari 77 ribu jiwa mengungsi.

Sementara di Aceh, korban mencapai: 96 meninggal, 75 hilang, dan lebih dari 62 ribu KK mengungsi.

***

Ahmad Supardi, SustainergyID

Tinggalkan komentar

Sedang Tren