
Hujan yang turun tanpa jeda sejak awal pekan membuat sebagian besar wilayah Sumatera Barat kembali lumpuh. Luapan sungai, longsor yang memutus jalan, dan pemukiman yang tertimbun material membuat 13 kabupaten/kota masuk daftar daerah terdampak.
Pemerintah Provinsi Sumbar menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari, hingga 8 Desember.
“Data sementara mencatat 13 daerah yang terdampak. Kerugian sekitar Rp 4,9 miliar, tapi angka itu masih bergerak,” kata Juru Bicara BPBD Sumbar, Ilham Wahab, Rabu, 26 November 2025.
Daerah terdampak meliputi Padang Pariaman, Kota Padang, Tanah Datar, Agam, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kota Pariaman, Pasaman Barat, Bukittinggi, Kota Solok, Padang Panjang, Limapuluh Kota, dan Pasaman.
Dua wilayah menjadi episentrum: Padang Pariaman untuk banjir, dan Agam untuk longsor.
Di Padang Pariaman, laporan BPBD mencatat 42 nagari dari 17 kecamatan terendam, dua jembatan rusak. Di Agam, material longsor menutup 171 meter jalan dan menghentikan pasokan air bersih.
Kota Padang tak luput. Banjir muncul di tujuh kecamatan, merendam sedikitnya 17 kelurahan. Arus air naik cepat, terutama di kawasan bantaran sungai dan permukiman padat.
Status Darurat Berlaku
Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar, Arry Yuswandi, mengatakan penetapan status darurat memberi ruang bagi mobilisasi penanganan yang lebih cepat. SK Gubernur Nomor 360-761-2025 mengatur respon provinsi atas banjir, banjir bandang, longsor, dan angin kencang.
“Dengan 13 daerah terdampak, diperlukan status di tingkat provinsi. Ini bisa diperpanjang sesuai kebutuhan,” kata Arry.

Penyisiran Korban di Agam
Di Malalak Timur, Kabupaten Agam, banjir bandang datang pada Rabu sore. Material kayu, batu, dan lumpur meluncur ke permukiman. Tim SAR gabungan mengevakuasi dua jenazah laki-laki pada Kamis pagi.
Tiga korban luka dibawa ke rumah sakit terdekat. Dua lansia yang terjebak banjir berhasil dievakuasi.
“Hingga siang ini ada tiga korban meninggal dan dua masih dicari. Data bisa berubah karena penyisiran masih berlangsung,” ujar Ilham Wahab.
Nova, warga Malalak yang rumahnya berada di jalur aliran banjir bandang, bercerita bahwa air datang cepat. “Kami di dalam rumah. Puing-puing sampai ke teras. Banyak rumah roboh,” katanya.
Dosen UNU Sumbar Jadi Korban
Di antara korban banjir bandang tercatat Roni Saputra (42), dosen Sistem Informasi Universitas Nahdlatul Ulama Sumbar. Jenazahnya diberangkatkan dari RS M. Jamil Padang ke rumah duka pada Kamis malam. Satu anaknya masih hilang.
“Dosen UNU Sumbar meninggal, dan satu anaknya belum ditemukan,” kata Ketua PWNU Sumbar, Ganefri. Tim NU Peduli bergerak menyalurkan logistik, membuka posko, dan mendampingi pengungsi.
Di Kota Solok, hujan sejak Rabu hingga Jumat membuat debit Sungai Batang Lembang dan Batang Gawan melampaui batas. Air merendam dua kecamatan: Tanjung Harapan dan Lubuk Sikarah.
Daerah terparah berada di Kelurahan Koto Panjang, Nan Balimo, Kampai Tabu Karambia, IX Korong, Aro IV Korong, Sinapa Piliang, VI Suku, dan Tanah Garam.
BNPB mencatat 3.362 jiwa terdampak, dengan 224 rumah terendam. BPBD dan relawan mengevakuasi 11 warga yang terjebak. Pemerintah kota menetapkan status tanggap darurat lewat Keputusan 100.3.3.3-2212-2025.
Kebutuhan mendesak: makanan siap saji, velbed, selimut, tenda pengungsian, mesin penyedot air, dan perahu karet. BPBD terus memantau bantaran sungai yang berpotensi meluap kembali.
BNPB meminta warga di wilayah rawan agar tetap waspada dan menghindari area sungai. Dokumen penting dan tas darurat diminta selalu disiapkan. Call Center 117 disiagakan untuk permintaan bantuan cepat.
***
Ahmad Supardi, SustainergyID (Berbagai Sumber)





Tinggalkan komentar