
Upaya memetakan keragaman genetik bunga raksasa Rafflesia kembali menemukan titik terang. Tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendokumentasikan kemunculan Rafflesia hasseltii yang sedang mekar di Sijunjung, Sumatera Barat, sebuah temuan lapangan yang memberi harapan baru bagi konservasi flora langka Indonesia.
Temuan ini merupakan bagian dari riset kolaboratif skala Asia Tenggara bertajuk The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia, yang melibatkan BRIN, Universitas Bengkulu, dan Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu. Proyek ini didukung pendanaan dari University of Oxford Botanic Garden and Arboretum serta Program RIIM Ekspedisi BRIN.
“Indonesia memiliki keragaman Rafflesia tertinggi di dunia. Kami mencatat ada 16 jenis, dan 13 di antaranya sudah berhasil kami kumpulkan sampelnya untuk dianalisis DNA-nya,” kata Peneliti BRIN, Joko Ridho Witono, kepada Tim Komunikasi Publik BRIN, Minggu (23/11).
“Riset ini membantu kami memahami hubungan kekerabatan genetik antarspesies dan memastikan konservasinya di habitat asli.”
Rafflesia Mekar di Hutan Nagari: Jejak Penting Konservasi
Momen krusial penelitian terjadi saat tim melakukan survei di Bengkulu dan Sumatera Barat. Di Sijunjung, tim menemukan Rafflesia hasseltii mekar di hutan nagari-bukan di kawasan konservasi, melainkan di hutan yang dikelola masyarakat.
“Ini catatan penting. Banyak populasi Rafflesia tumbuh di luar kawasan konservasi, bahkan di kebun kopi dan sawit milik warga,” ujar Joko.
“Konservasinya harus melibatkan masyarakat. Tanpa edukasi yang baik, keberadaan Rafflesia bisa hilang begitu saja.”
Survei lapangan juga menyuguhkan momen emosional. Septian Riki, anggota Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu, tak kuasa menahan haru saat pertama kali melihat Rafflesia hasseltii mekar. Videonya viral dan memicu perhatian publik terhadap pentingnya pelestarian flora langka.

Mengurai Gen Rafflesia: Dari Potongan Kecil ke Genom Utuh
Berbeda dari riset sebelumnya, penelitian kali ini menggunakan pendekatan Whole Genome Sequencing (WGS). Metode ini memetakan jutaan pasangan basa DNA Rafflesia untuk memahami genom secara utuh.
“Selama ini penelitian hanya meneliti potongan kecil, sekitar 500–1500 base pair. Dengan WGS, gambaran genetiknya jauh lebih lengkap,” jelas Joko.
Hasil awal menunjukkan adanya perbedaan signifikan antarspesies dari berbagai daerah di Indonesia, indikasi bahwa masih ada kemungkinan spesies Rafflesia baru yang belum terdokumentasi.
“Ini akan menjadi fokus penelitian berikutnya,” tambahnya.
Joko menegaskan bahwa riset Rafflesia tidak mudah. Tumbuhan holoparasit ini hanya mekar dalam hitungan hari dan banyak tumbuh di wilayah terpencil.
“Menemukan bunga mekar atau knopnya saja sulit. Kami sangat bergantung pada informasi akurat dari masyarakat lokal agar riset tidak sia-sia,” katanya.
Menuju Rekomendasi Kebijakan Konservasi Nasional
Di akhir program, BRIN akan menyusun policy paper berisi rekomendasi strategi konservasi Rafflesia nasional. Dokumen ini menjadi dasar ilmiah bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pelestarian keanekaragaman hayati.
“Sebagai scientific authority, kami wajib memastikan kebijakan didasarkan pada riset yang kuat,” ujar Joko.
Selain temuan Rafflesia hasseltii, riset ini memperkuat peluang ditemukannya jenis-jenis baru Rafflesia di Indonesia. Jika berhasil, Indonesia berpotensi menjadi pusat penelitian dan konservasi Rafflesia dunia.
“Dengan kolaborasi internasional dan pendekatan sains yang solid, kita punya peluang besar menjaga kelestarian puspa langka ini,” tutup Joko.
***
Ahmad Supardi, SustainergyID





Tinggalkan komentar