Mengungkap Perubahan Bumi Tropis dan Jejak Kehidupan Manusia Purba. Foto: BRIN

Rekaman perubahan iklim purba kini bisa “dibaca” kembali dari lapisan tanah Pulau Jawa. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memaparkan hasil riset terbaru tentang dinamika bumi tropis dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia purba di Asia Tenggara.

Penemuan ini dipresentasikan dalam UISPP Inter-Congress Conference 2025 bertema “Asian Prehistory Today: Bridging Science, Heritage, and Development” yang berlangsung di Salatiga, Jawa Tengah, pada 27 Oktober–6 November 2025.

Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN, Sofwan Noerwidi, menjelaskan penelitian bertajuk “Paleoenvironment Reconstruction of the Lower Kaliglagah Formation in the Palaeontological Site Bumiayu, Brebes, Central Java.” Kajian tersebut mengungkap transisi lingkungan antara laut dangkal dan rawa fluvial sekitar 2,4 juta tahun lalu, masa ketika bumi tengah mengalami pendinginan global.

“Penelitian ini mengonfirmasi bahwa Bumiayu merekam osilasi glasial berulang, fase ketika permukaan laut menurun drastis dan Pulau Jawa tersambung dengan daratan Asia,” ujar Sofwan, Kamis (6/10).

Menurutnya, pendekatan stratigrafi terpadu dan analisis isotop memungkinkan ilmuwan membaca sejarah lingkungan tropis dengan tingkat ketelitian yang belum pernah ada sebelumnya.

Sementara itu, Ni Luh Gde Dyah Mega Hafsari, peneliti dari Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan BRIN, mengungkap hasil studi “Digging Java’s Middle Pleistocene: Chronostratigraphic, Palaeoenvironmental, and Palaeoanthropological Data from the New Sogen Locality.”

Temuan lapisan sedimen di Sogen, Jawa Timur, menunjukkan perubahan vegetasi dan aktivitas vulkanik yang tumpang-tindih dengan keberadaan hominin awal.

“Data kronostratigrafi dan geokimia yang kami kumpulkan memperluas pemahaman tentang hubungan antara perubahan iklim, migrasi fauna, dan kemungkinan jalur persebaran manusia purba di wilayah timur Jawa,” katanya.

Dari sisi barat Nusantara, Taufiqurrahman Setiawan dari Pusat Riset Arkeometri BRIN menelusuri warisan budaya alat batu Hoabinhian di Gua Mabitce, pesisir barat Aceh.

“Tradisi alat batu Hoabinhian di Aceh menunjukkan kesinambungan adaptasi manusia terhadap lingkungan lembap tropis setelah berakhirnya Zaman Es,” tuturnya.

Sinergi ketiga riset ini menggambarkan keterpaduan pendekatan BRIN dalam membaca hubungan antara geologi, iklim, dan kebudayaan masa lalu. Dari Bumiayu hingga Sogen, para ilmuwan Indonesia menelusuri arsip bumi yang tersimpan di lapisan tanah, merekam bagaimana manusia, hewan, dan alam pernah beradaptasi terhadap perubahan ekstrem.

***

Ahmad Supardi, SustainergyID

Tinggalkan komentar

Sedang Tren