
Di hadapan para menteri, pegiat konservasi, dan Yang Mulia Pangeran William, Menteri Kehutanan Indonesia Raja Juli Antoni berdiri di podium United for Wildlife Global Summit di Rio de Janeiro, 4 November 2025. Dengan nada tegas, ia menegaskan komitmen Indonesia untuk mempercepat pengakuan hutan adat sebagai bagian dari strategi nasional melawan kejahatan lingkungan.
“Salah satu aspek krusial yang sering terabaikan dalam penanggulangan kejahatan lingkungan adalah keterlibatan Masyarakat Adat dan masyarakat lokal. Mereka adalah penjaga sejati hutan kita,” ujar Raja Juli Antoni, disambut tepuk tangan peserta forum.
Forum yang digagas oleh Yayasan Kerajaan Pangeran dan Putri Wales ini mempertemukan para pemimpin dunia, organisasi internasional, hingga tokoh konservasi dari berbagai negara.
Tahun ini, United for Wildlife Global Summit dan High-Level Ministerial Roundtable mengusung tema Protecting the Protectors, melindungi para pelestari alam yang berada di garis depan dalam menjaga planet.
Dalam sambutannya, Raja Juli menjelaskan langkah konkret Indonesia untuk memperkuat perlindungan hutan adat.
Sejak Maret 2025, pemerintah telah membentuk Satuan Tugas Khusus Percepatan Pengakuan Hutan Adat. Langkah ini menindaklanjuti arahan Presiden Prabowo Subianto dengan target ambisius: mengakui 1,4 juta hektar hutan adat baru pada periode 2025–2029.

Raja Juli menyebut pengakuan hutan adat bukan sekadar simbol penghormatan terhadap hak-hak Masyarakat Adat, tetapi juga strategi nyata menekan deforestasi.
Data SOIFO 2024 menunjukkan, wilayah hutan yang dikelola masyarakat terbukti mampu menurunkan deforestasi hingga 30–50 persen.
“Melalui tata kelola hutan berbasis masyarakat, Indonesia memperkuat kejelasan hukum, jaminan tenurial, dan keberlanjutan pengelolaan hutan,” ujarnya.
“Mempercepat pengakuan ini sangat penting-sama pentingnya dengan komitmen kita untuk mengakui Masyarakat Adat dan komunitas lokal.”
Tak hanya bicara tentang batas wilayah dan angka hektar, Raja Juli juga menekankan pentingnya kerja sama lintas negara dalam memerangi kejahatan lingkungan seperti perdagangan satwa liar ilegal dan deforestasi global. Ia mengajak dunia untuk berkolaborasi lebih erat, berbagi data, dan membangun sistem perlindungan yang berpihak pada alam dan manusia.
Menutup pidatonya, Raja Juli menyerukan semangat solidaritas global.
“Mari kita melangkah melampaui retorika menuju solidaritas sejati. Indonesia siap berkolaborasi, bersama kita dapat memastikan bahwa warisan alam kita lestari untuk generasi mendatang.”
Dukungan datang dari Direktur Eksekutif United for Wildlife, Tom Clements, yang memuji langkah Indonesia sebagai contoh kepemimpinan berani di tingkat global.
“Kami menyambut baik komitmen Indonesia dalam mengakui 1,4 juta hektar hutan adat bagi Masyarakat Adat. Ini menunjukkan bahwa tata kelola hutan yang kuat adalah kunci untuk melindungi manusia dan planet ini,” katanya.
***
Ahmad Supardi, SustainergyID





Tinggalkan komentar