Sistem Kondensasi Ikan Asap, teknologi pengasapan ikan yang lebih bersih dan efisien. Foto: Kilang Pertamina Plaju

Asap pekat dari proses pengasapan ikan secara tradisional kerap menjadi masalah lingkungan di kawasan Sungai Gerong, Palembang. Selain mencemari udara, asap hasil pembakaran kayu atau tempurung kelapa itu juga berisiko bagi kesehatan pengrajin ikan salai dan warga sekitar.

Menjawab persoalan tersebut, Kilang Pertamina Plaju menghadirkan solusi inovatif bernama Sistem Kondensasi Ikan Asap, teknologi pengasapan ikan yang lebih bersih dan efisien.

Inovasi ini merupakan bagian dari Program Belida Musi Lestari, inisiatif Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU III Plaju yang memadukan konservasi, pemberdayaan ekonomi, dan teknologi hijau berbasis kompetensi inti kilang.

Terinspirasi dari Proses Kilang

Sistem Kondensasi Ikan Asap dikembangkan dengan mengadaptasi prinsip kerja Crude Distillation Unit (CDU) di kilang, yaitu unit utama yang memisahkan minyak mentah menjadi berbagai fraksi melalui proses pemanasan dan pendinginan.

Dalam teknologi ini, asap hasil pembakaran tempurung kelapa dialirkan melalui pipa spiral berpendingin air. Suhu asap diturunkan sehingga uapnya terkondensasi menjadi asap cair (liquid smoke). Selain menekan emisi, asap cair ini dapat dimanfaatkan kembali sebagai pestisida alami.

“Inovasi ini lahir dari kompetensi inti kilang kami di bidang distilasi dan kondensasi. Kami berupaya menghadirkan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat sekaligus menjaga lingkungan,” ujar Siti Fauzia, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional pada Minggu, 26 Oktober 2025.

Dengan sistem ini, ruang pengasapan menjadi lebih bersih dan suhu lebih stabil, meningkatkan efisiensi waktu produksi hingga 30 persen dan menghasilkan ikan asap dengan tingkat kematangan lebih merata. Kapasitas produksi juga meningkat hingga 30 persen dibanding cara konvensional.

Baca: Panel Surya di Pulau Semambu: Panen Terjaga, Api Reda

Asap hasil pembakaran tempurung kelapa dialirkan melalui pipa spiral berpendingin air. Foto: Kilang Pertamina Plaju

Ekosistem Terpadu di Sungai Gerong

Teknologi tersebut telah diserahkan kepada UMKM Jasmine Suger, kelompok pengrajin ikan asap binaan Pertamina. UMKM ini bekerja sama dengan kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) di wilayah Sungai Gerong yang memasok ikan patin, nila, dan gurame segar.

Produk ikan asap kemudian dikemas dan dijual dengan harga sekitar Rp75 ribu per kotak, berisi beberapa ekor ikan. Rantai usaha ini menciptakan ekosistem ekonomi lokal yang saling terhubung mulai dari budidaya ikan, pengolahan ramah lingkungan, hingga pemasaran produk bernilai tambah tinggi.

Bagi pelaku usaha, teknologi ini membawa perubahan besar.
“Dulu asap dari tungku sering membuat sesak, bahkan dinding rumah ikut menghitam. Sekarang hampir tidak ada asap keluar. Prosesnya lebih cepat dan hasil ikan juga lebih tahan lama,” ujar Windi, penggerak UMKM ikan asap di Sungai Gerong.

Baca: Belida, Sungai, dan Kolam Harapan di Sungai Gerong

Proses pengasapan ini membuat ikan lebih cepat masak dan hasilnya lebih tahan lama. Foto: Kilang Pertamina Plaju

Selain menekan polusi udara, inovasi ini membuka peluang baru bagi UMKM untuk menembus pasar yang lebih luas dengan produk yang lebih higienis dan sesuai standar lingkungan.

Melalui Program Belida Musi Lestari, Kilang Pertamina Plaju tidak hanya menghadirkan teknologi ramah lingkungan, tetapi juga membangun ekosistem ekonomi berkelanjutan yang menghidupkan kembali potensi Sungai Gerong, dari sumber daya air, ikan, hingga kesejahteraan masyarakatnya.

***

Ahmad Supardi, SustainergyID

Tinggalkan komentar

Sedang Tren