
Indonesia kembali membuka peluang investasi besar di sektor energi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi melelang sembilan wilayah kerja (WK) minyak dan gas bumi (migas), termasuk ladang gas raksasa Natuna D Alpha di Laut Natuna Utara, salah satu aset energi strategis negeri ini.
Pengumuman lelang itu disampaikan Direktur Jenderal Migas Laode Sulaeman dalam ajang Asia Pacific Oil & Gas Conference and Exhibition (APOGCE) di Jakarta, Selasa (14/10/2025).
“Tadi kita umumkan di APOGCE, ada sembilan blok migas yang dilelang,” ujar Laode di Kantor Kementerian ESDM.
Sembilan blok yang dibuka untuk penawaran meliputi:
- WK Natuna D Alpha, pelaksana studi KUFPEC, potensi 2.865 juta barel minyak (MMBO) dan 46 triliun kaki kubik gas (TCF).
- WK Southwest Andaman, studi Mubadala, potensi BSCF.
- WK Jalu, studi Armada Etan, potensi 2.965 BSCF.
- WK Karunia, studi Texcal Mahato, potensi 82 MMBO dan 132 BSCF.
- WK Muara Tembesi, studi PT Tenang Wijaya Sejahtera, potensi 56 MMBO dan 953 BSCF.
- WK Abar–Anggursi, potensi 357 MMBO dan 1.804 BSCF.
- WK Barong, studi Inpex, potensi 2.911 BCF.
- WK Drawa, studi BP dan konsorsium, potensi 360 BSCF.
- WK Bintuni, studi BP dan konsorsium, potensi 2,1 TCF.
Dari sembilan blok tersebut, Natuna D Alpha menjadi sorotan utama. Selain karena skala cadangannya yang masif, sekitar 46 triliun kaki kubik gas, blok ini juga dikenal memiliki tantangan teknis tinggi. Kandungan karbon dioksida (CO₂) mencapai sekitar 70 persen, menuntut penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) atau Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) untuk pengembangannya.
Dikutip dari Kompas.com, perusahaan asal Kuwait, Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (KUFPEC), disebut berpeluang menjadi operator baru. Di sisi lain, Pertamina Hulu Energi (PHE) yang memiliki blok di wilayah sekitar, yaitu Blok East Natuna, menyatakan tengah memantau kemungkinan kerja sama.
“Betul, KUFPEC sedang melakukan inisiatif pengembangan D-Alpha. Pertamina yang memiliki blok di sebelahnya tentu sedang mengamati dan berkoordinasi dengan KUFPEC untuk melihat potensi kolaborasi,” kata Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis PHE, Rachmat Hidajat, dalam sebuah diskusi.
Dengan karakter cadangan yang besar namun kompleks, Natuna D Alpha menjadi ujian sekaligus peluang. Jika berhasil dikembangkan, ladang ini berpotensi memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu negara dengan sumber daya gas terbesar di Asia Tenggara, sekaligus menjadi momentum untuk mempercepat adopsi teknologi energi bersih di industri migas nasional.
***
Ahmad Supardi, SustainergyID





Tinggalkan komentar