
Badan usaha swasta penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) batal membeli base fuel milik PT Pertamina (Persero). Alasannya, bahan bakar dasar itu sudah mengandung etanol sehingga tidak sesuai dengan spesifikasi yang mereka gunakan.
Hal ini diungkapkan Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR RI, Jumat (3/10/2025).
“Kontennya ada kandungan etanol, meskipun secara regulasi diperbolehkan hingga 20%. Pada base fuel Pertamina ada sekitar 3,5% etanol. Ini bukan masalah kualitas, tapi masalah konten, karena tiap merek punya spesifikasi berbeda,” jelasnya.
Padahal, menurut Achmad, kadar etanol tersebut masih sesuai dengan ambang batas yang diizinkan pemerintah. Ia menambahkan, SPBU swasta masih membuka peluang negosiasi untuk pasokan berikutnya.

Apa Etanol dan Bagaimana Sejarahnya?
Mengutip dari onesolutionpertamina, Etanol atau etil alkohol (C₂H₅OH) adalah salah satu jenis alkohol paling umum. Senyawa ini banyak digunakan, mulai dari bahan bakar kendaraan, kosmetik, farmasi, hingga pelarut industri.
Dalam sektor energi, etanol digunakan sebagai biofuel yang dicampur dengan bensin maupun diesel. Pembakaran etanol menghasilkan energi panas yang mendorong piston mesin, sekaligus dianggap lebih ramah lingkungan karena emisi karbonnya lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil.
- Abad ke-19: digunakan sebagai bahan bakar lampu minyak, berasal dari fermentasi tebu dan jagung.
- 1860: insinyur Prancis Nicolas-Joseph Cugnot mengembangkan kendaraan berbahan bakar etanol.
- 1908: Mobil Ford Model T diluncurkan, dapat menggunakan etanol maupun bensin.
- 1920-an: larangan minuman beralkohol di AS membuat produksi etanol beralih ke bahan bakar.
- 1970-an: krisis minyak mendorong pengembangan biofuel, termasuk etanol.
- 2005: AS meluncurkan program Renewable Fuel Standard (RFS) untuk memperluas penggunaan bioetanol.
Saat ini, Brasil dan Amerika Serikat menjadi produsen utama etanol, menyumbang sekitar 88% produksi dunia. AS memproduksi 16,1 miliar galon (2018). Sedangkan Brasil menghasilkan 7,95 miliar galon (2018).
Di Brasil, penggunaan etanol sebagai campuran bensin sudah diwajibkan sejak 1976. Sejak 2007, campuran bensin di negara itu rata-rata mencapai E25 (25% etanol + 75% bensin). Bahkan tersedia kendaraan fleksibel yang bisa menggunakan etanol murni E100.
Aturan Etanol di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Permen ESDM No. 12/2015 yang mewajibkan penggunaan bioetanol dalam bahan bakar, yaitu E5 (5% etanol + 95% bensin) mulai 2020, dan meningkat menjadi E20 pada 2025.
Sejak 2022, pemerintah juga menjalankan program bioetanol berbasis tebu. Targetnya, produksi nasional naik dari 40.000 kiloliter (2022) menjadi 1,2 juta kiloliter (2030).
Studi di Brasil menunjukkan, energi dari 1 ton tebu setara dengan 1,2 barel minyak mentah. Karena itu, bioetanol dianggap solusi untuk mengurangi ketergantungan energi fosil.
Kementerian ESDM bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan dukungan United States Grains Council (USGC), telah menyusun roadmap percepatan bioetanol, yaitu tahap awal, pengenalan campuran E5 akan dilakukan terbatas di Jakarta dan Surabaya. Rencana lain, etanol akan dicampurkan ke dalam Petralite, agar kualitas bensin setara dengan Pertamax (RON 92).
***
Ahmad Supardi, SustainergyID.





Tinggalkan komentar