
PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menegaskan bahwa gas bumi masih menjadi tulang punggung transisi energi nasional. Di tengah dorongan besar-besaran menuju energi baru terbarukan (EBT), gas dipandang sebagai penyeimbang sistem kelistrikan sekaligus kunci menjaga keandalan pasokan listrik.
“Gas bukan hanya sumber energi transisi, tetapi juga penyeimbang yang fleksibel sebagai load follower dan peaker di tengah pengembangan besar-besaran energi baru terbarukan. Perannya sangat krusial untuk memastikan sistem kelistrikan tetap stabil,” ujar Direktur Utama PLN EPI, Rakhmad Dewanto, di Jakarta.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, kebutuhan listrik nasional diproyeksikan melonjak dari 306 terawatt-hour (TWh) pada 2024 menjadi 511 TWh pada 2034. Lonjakan ini banyak dipicu pertumbuhan pusat data, kendaraan listrik (EV), serta konsumsi rumah tangga yang kian meningkat, terutama dari penggunaan pendingin udara (AC).
“PLN EPI harus siap memastikan ketersediaan pasokan energi yang cukup dan andal, karena permintaan akan naik pesat dari sektor eksisting hingga pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN),” kata Rakhmad.
Kebutuhan gas untuk sektor kelistrikan pun diperkirakan ikut terdongkrak, dari 1.635 Billion British Thermal Units per Day (BBTUD) pada 2024 menjadi 2.611 BBTUD pada 2034, dengan rata-rata pertumbuhan 5,3 persen per tahun.
Untuk menjaga ketahanan pasokan, PLN mengandalkan gas pipa dan Liquefied Natural Gas (LNG). Namun seiring menurunnya produksi domestik, ketergantungan pada LNG diperkirakan terus meningkat. Salah satu strategi efisiensi adalah konversi pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) ke gas. Tahap pertama program ini mencakup 41 unit pembangkit di 21 lokasi hingga 2027, dengan proyeksi penyerapan 29 kargo LNG per tahun.
Cadangan gas nasional sebenarnya masih besar, mulai dari Papua (11,4 BSCF), Sumatera (9 BSCF), hingga Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa. Tantangannya, menurut Rakhmad, ada pada percepatan pengembangan lapangan baru serta infrastruktur distribusi.
Saat ini, PLN mengembangkan infrastruktur gas seperti koneksi pipa West Natuna–Pulau Pemping serta pembangunan Onshore dan Floating Storage Regasification Unit (FSRU). Jika rampung, kapasitas penyimpanan LNG nasional akan meningkat dari 700.000 meter kubik menjadi 1,2 juta meter kubik, dengan kemampuan regasifikasi hingga 3.850 juta kaki kubik per hari.
“Keberhasilan transisi energi dan keandalan sistem kelistrikan nasional sangat bergantung pada sinergi seluruh pemangku kepentingan. Kami membutuhkan dukungan pemerintah, baik dalam alokasi gas jangka panjang maupun percepatan infrastruktur,” tegas Rakhmad.
***
Ahmad Supardi, SustainergyID.





Tinggalkan komentar