
Aroma kopi pagi bercampur dengan obrolan serius soal energi terbarukan di ruang pertemuan Ambhara Hotel, Jakarta, pekan lalu. Di hadapan para pengusaha muda yang hadir, Direktur Utama PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), Rakhmad Dewanto, menegaskan bahwa biomassa bukan sekadar bahan bakar alternatif, melainkan salah satu pilar utama dalam transisi energi Indonesia.
“Tahun ini, target kami mencapai 3 juta ton biomassa. Angka ini setara dengan sekitar 3% dari volume batu bara yang dikelola PLN dan berpotensi mengurangi emisi hingga 3,3 juta ton CO2e per tahun,” ujar Rakhmad dalam Workshop Bioenergi – Biomass Business Opportunity yang digelar Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara (ASPEBINDO) bersama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Kamis, 4 September 2025.
PLN EPI memang tengah berpacu memenuhi pasokan energi di tengah naiknya permintaan listrik. Tahun ini, pasokan batu bara ditargetkan mencapai 99,76 juta ton, sedangkan gas 1.329 BBTUD atau hampir 40% dari kebutuhan nasional. Di sisi lain, perusahaan juga membangun rantai pasok biomassa yang efisien dengan menggandeng berbagai mitra di seluruh Indonesia.
Pemanfaatan biomassa dilakukan lewat program cofiring di 52 PLTU, sesuai Permen ESDM No. 12/2023. Tanpa harus membangun PLTU baru, cofiring memungkinkan biomassa bercampur dengan batu bara—mulai dari 10% untuk tipe pulverized coal hingga 70% untuk tipe stoker. “Ini langkah cepat menurunkan emisi,” jelas Rakhmad.
Sejak 2021, volume biomassa PLN meningkat signifikan, dari 312 ribu ton menjadi 1,8 juta ton pada 2024. Target 3 juta ton pada 2025 diyakini bisa tercapai. Potensinya memang besar: Indonesia memiliki cadangan biomassa hingga 130 juta ton per tahun dari limbah pertanian, industri, hingga hutan energi.
“Kami mempelopori model ekosistem biomassa terpadu, dari pengumpulan bahan baku, sub-hub, sampai main hub dengan fasilitas mixing dan quality control. PLN EPI siap menjadi pelopor biomassa nasional,” tambah Rakhmad.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum ASPEBINDO yang juga Sekjen BPP HIPMI sekaligus Komisaris PLN EPI, Anggawira, menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor. “HIPMI siap ikut serta dalam pengembangan biomassa, baik untuk pasar domestik maupun internasional. Potensinya luar biasa,” katanya.
Pemerintah sendiri menempatkan biomassa sebagai elemen strategis dalam peta jalan transisi energi menuju Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat. Pada 2030, target penurunan emisi Indonesia sebesar 358 juta ton CO2e dinilai masih realistis, dengan kontribusi sektor energi yang sudah mencapai 147 juta ton pada 2024.
Hingga semester I 2025, bauran energi baru terbarukan nasional tercatat 15,2%, dengan biomassa menjadi salah satu penyumbang terbesar. Pemerintah juga menyiapkan percepatan pemanfaatan sampah menjadi energi lewat revisi Perpres 35/2018.
Di balik hitung-hitungan itu, biomassa kini dipandang sebagai jalan tengah: mengurangi emisi sekaligus membuka peluang usaha baru. Dan seperti diingatkan Anggawira, “Indonesia butuh lebih banyak pengusaha tangguh untuk mengoptimalkan potensi biomassa.”
***
Ahmad Supardi, SustainergyID.





Tinggalkan komentar