
Di Desa Tapus, Kecamatan Lembak, tanah Sumatera Selatan menyimpan kabar energi yang menggembirakan. PT Sele Raya Belida, operator Wilayah Kerja (WK) Belida, baru saja menuntaskan pengeboran Sumur Sungai Anggur Selatan (SAS)-2, dan hasilnya lebih dari sekadar janji: cadangan minyak dan gas baru ditemukan di lapisan reservoar yang belum teridentifikasi sebelumnya.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi Suryodipuro, menyambut kabar itu dengan antusias. Sumur SAS-2 mampu mengalirkan 3.856 barrel minyak per hari dan 3,257 MMSCFD gas. “Penemuan ini menjadi dorongan penting untuk meningkatkan produksi nasional,” kata Hudi, Sabtu (13/9/2025).
Temuan ini sekaligus memperkuat target pemerintah: 1 juta barrel minyak per hari dan 12 BSCFD gas pada 2030. SKK Migas berharap sumur SAS-2 bisa segera memberikan kontribusi nyata lewat Early Production di akhir tahun ini.
Juchiro Tampi, President & General Manager PT Sele Raya Belida, mengungkapkan keberhasilan ini lahir dari kerja sama erat dengan SKK Migas, kontraktor, dan dukungan masyarakat setempat. “Setiap tantangan teknis di lapangan dapat diatasi, keselamatan selalu jadi prioritas, dan seluruh proses pengeboran berjalan tanpa insiden,” ujarnya. PT Sele Raya Belida kini menyiapkan produksi awal di kuartal IV 2025.
Pengeboran Sumur SAS-2 dimulai pada 16 Juni 2025 dan mencapai kedalaman akhir pada 18 Agustus 2025. Minyak dan gas ditemukan pada lapisan batu pasir Formasi Talang Akar. Selama proses, tim melakukan berbagai akuisisi data geologi dan geofisika, termasuk wireline logging, Side Wall Core (SWC), Reservoir Data Testing (RDT), dan Uji Kandung Lapisan (UKL).
Doni Argiyanto, Senior Manager Exploration & Exploitation PT Sele Raya Belida, menambahkan, “Kolom minyak dan gas yang ditemukan setebal sekitar 39 kaki. UKL menunjukkan kemampuan alir 3.856 barrel minyak per hari dan 3,257 MMSCFD gas. Kami akan melanjutkan UKL hingga selesai.”
Dengan temuan ini, Muara Enim kembali menjadi sorotan sebagai wilayah kaya energi, sekaligus menyumbang langkah nyata menuju ketahanan energi nasional.
***
Ahmad Supardi, SustainergyID.





Tinggalkan komentar