
Sorak bahagia dan senyum lebar mewarnai wajah dua pelajar asal Papua Barat, Minggu (25/8/2025) lalu di Jakarta. Dari ribuan peserta yang bersaing, Berheta Simuna, siswi SMA Negeri Saengga, Kabupaten Teluk Bintuni, berhasil meraih Juara 2 tingkat SMA. Sementara di jenjang SD, Varrent Vemaria Val Rooey dari SD Inpres Kokas, Kabupaten Fakfak, membawa pulang Juara 3.
Prestasi ini diraih dalam Olimpiade Genomik Indonesia (OGI) 2025, sebuah ajang kompetisi ilmiah berskala nasional yang memperkenalkan ilmu genomik kepada siswa SD, SMP, dan SMA. Tahun ini, sebanyak 63 finalis dari seluruh Indonesia bertemu di Jakarta setelah melewati seleksi ketat dari total 4.659 peserta.
Dari Teluk Bintuni dan Fakfak ke Jakarta
Berheta dan Varrent bukan sekadar peserta biasa. Mereka berkompetisi lewat kategori afirmasi, jalur khusus yang memberi kesempatan lebih luas bagi siswa Papua dan daerah terpencil untuk tampil di tingkat nasional. Dari daerah dengan akses terbatas, keduanya menembus panggung bergengsi, sejajar dengan finalis dari kota-kota besar.
“Ngga sangka pas tahu lolos, rasanya terharu, bahagia. Saya pulang kasih kabar ke orang tua, mereka kaget. Buat Indonesia Mengajar saya mengucapkan terima kasih karena sudah mendampingi saya dari awal, dan buat bp yang sudah memfasilitasi saya hingga bisa berangkat dari Papua Barat ke Jakarta,” tutur Berheta, matanya berbinar.
Sementara Varrent tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. “Perasaanku sangat bahagia karena bisa membanggakan orang tuaku. Sekarang aku belajar lebih keras, lebih giat, dan menjaga kesehatan. Terima kasih kepada para guru, bp, dan Indonesia Mengajar yang telah memberiku kesempatan. Sampai bertemu di Jakarta!” ucapnya dengan penuh semangat.

Perjalanan Panjang Menuju Final
Perjalanan menuju podium tidaklah mudah. Di Papua Barat, sebanyak 89 siswa dari Teluk Bintuni dan Fakfak ikut mendaftar, namun hanya 10 yang berhasil lolos ke semifinal. Dari sana, melalui seleksi teori, analisis, hingga simulasi eksperimen, nama Berheta dan Varrent muncul sebagai finalis yang berhak berangkat ke Jakarta.
Proses pembinaan menjadi kunci penting. Para siswa mendapat pendampingan intensif dari fasilitator Indonesia Mengajar yang bekerja sama erat dengan guru-guru sekolah. Materi biologi dasar, pewarisan sifat, bioteknologi, hingga bioinformatika dipelajari. Bahkan, mereka juga berlatih menggunakan simulasi eksperimen virtual.
Capaian Berheta dan Varrent tidak lepas dari dukungan yang berkelanjutan. SMA Negeri Saengga dan SD Inpres Kokas termasuk sekolah yang menjadi penerima manfaat program pendidikan dari bp Indonesia melalui Tangguh LNG. Dukungan ini mencakup penyediaan honor untuk 32 guru kontrak di kampung sekitar operasi, pembinaan sekolah percontohan, hingga pemberian beasiswa kepada lebih dari 1.400 pelajar Papua.
Sejak 2005, Tangguh LNG telah menginvestasikan lebih dari US$80 juta dalam program pengembangan masyarakat di Papua Barat. Bidangnya luas, dari kesehatan, pendidikan, peningkatan mata pencaharian, hingga pelestarian lingkungan. Khusus di pendidikan, berbagai kesempatan dibuka: 29 pelajar Teluk Bintuni pernah mengikuti program AFS STEM Innovator, dua guru terpilih mengikuti AFS Youth Assembly di New York, dan ribuan siswa Papua lainnya mendapat beasiswa.
Genomik, Ilmu Masa Depan
Olimpiade Genomik Indonesia bukan sekadar lomba sains. Kompetisi ini memperkenalkan siswa pada genomik, cabang biologi yang mempelajari seluruh informasi genetik dalam DNA suatu organisme. Bidang ini tengah berkembang pesat dan diyakini akan menjadi salah satu kunci masa depan kesehatan, pangan, dan lingkungan.
Dengan membawa anak-anak dari berbagai latar belakang, termasuk daerah terpencil, OGI menghadirkan pesan kuat: sains adalah milik semua, bukan hanya mereka yang lahir di kota besar.
Prestasi Berheta dan Varrent adalah potret nyata bagaimana kesempatan yang setara bisa melahirkan kebanggaan. Dari Teluk Bintuni dan Fakfak, keduanya kini menginspirasi generasi Papua lainnya untuk bermimpi lebih besar.
OGI 2025 sekaligus mengingatkan, potensi besar bisa lahir dari mana saja. Selama ada ruang, dukungan, dan kesempatan yang setara, anak-anak Indonesia akan terus membuktikan diri di panggung nasional maupun global.
***
Ahmad Supardi, SustainergyID.





Tinggalkan komentar