
Dari limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS), peluang besar lahir untuk masa depan energi bersih Indonesia. Para peneliti menilai, biomassa sawit yang selama ini kerap dipandang sebagai sisa tak berguna, ternyata bisa diolah menjadi material karbon ramah lingkungan untuk perangkat superkapasitor, teknologi penyimpanan energi yang kian penting dalam mendukung transisi energi nasional.
Hal itu mengemuka dalam webinar SISTEM #5 bertema “Advances in Supercapacitor Devices: From Microstructure Engineering to Biomass-Derived Carbon Material” yang digelar Pusat Riset Elektronika (PRE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Selasa (26/8).
Superkapasitor, Teknologi Kunci Energi Masa Depan
Kepala PRE BRIN, Prof. Yusuf Nur Wijayanto, menegaskan pentingnya riset superkapasitor sebagai salah satu teknologi kunci menuju kemandirian energi nasional. Menurutnya, dua hal besar yang kini menjadi fokus adalah strategi rekayasa mikrostruktur untuk meningkatkan performa, dan pemanfaatan biomassa sawit sebagai material alternatif.
“Potensi pemanfaatan TKKS sebagai material karbon ramah lingkungan serta strategi rekayasa mikrostruktur dalam peningkatan performa superkapasitor dikupas tuntas di sini,” ujar Yusuf. Ia berharap kegiatan ini bisa menjadi wadah diseminasi hasil riset sekaligus menguatkan ekosistem riset kolaboratif lintas pemangku kepentingan.

TKKS, Dari Limbah Jadi Material Bernilai Tinggi
Dalam paparannya, Rike Yudianti, Profesor Riset dari PRE BRIN, menyebut TKKS memiliki nilai strategis di tengah meningkatnya produksi minyak sawit. Dari hasil penelitian, TKKS dapat diolah menjadi porous carbon graphite, nanocellulose, dan nano-silica, tiga material penting bagi pengembangan superkapasitor.
Perangkat superkapasitor berbahan TKKS telah terbukti mampu menjaga performanya hingga ribuan siklus pemakaian. “Target riset kami adalah menghasilkan perangkat superkapasitor dengan performa setara baterai, tetapi dengan material berbasis keluarga karbon yang lebih ramah lingkungan,” jelas Rike.
Ia menekankan, sinergi antara inovasi rekayasa mikrostruktur dan riset biomassa lokal adalah jalan strategis untuk menghadirkan solusi energi yang lebih hijau.
Rekayasa Mikrostruktur Jadi Penentu
Sementara itu, Prof. Markus Diantoro, Guru Besar Departemen Fisika Universitas Negeri Malang, menjelaskan bahwa modifikasi mikrostruktur material dapat meningkatkan performa superkapasitor secara signifikan. “Rekayasa ini membuka peluang besar menghadirkan perangkat dengan kapasitas lebih besar dan efisien, sehingga dapat memaksimalkan penyimpanan energi terbarukan,” ujarnya.
Superkapasitor berbasis biomassa sawit dinilai bukan hanya hasil riset laboratorium, melainkan langkah nyata yang bisa memperkuat agenda FOLU Net Sink 2030 dan transisi energi bersih nasional. Dengan dukungan inovasi dari BRIN, akademisi, dan mitra riset, Indonesia memiliki peluang untuk menjadikan sumber daya lokal seperti TKKS sebagai tulang punggung teknologi energi masa depan.
***
Ahmad Supardi, SustainergyID.





Tinggalkan komentar