Biodiesel. Foto: ESDM

Mulai 1 September mendatang, harga biodiesel yang menjadi bagian dari program energi terbarukan nasional resmi ditetapkan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan bahwa Harga Indeks Pasar (HIP) Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel untuk September 2025 berada di angka Rp13.948 per liter, ditambah ongkos angkut sesuai ketentuan yang berlaku.

Angka ini dihitung berdasarkan konversi Crude Palm Oil (CPO) menjadi biodiesel sebesar 85 USD per metrik ton (MT). Penetapan HIP BBN biodiesel ini mengacu pada Keputusan Menteri ESDM Nomor 3.K/EK.05/DJE/2024 serta ketentuan ongkos angkut sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 153.K/EK.05/DJE/2024.

Untuk Apa HIP Biodiesel?

HIP biodiesel bukan sekadar angka di atas kertas. Besaran harga ini menjadi dasar dalam implementasi Program Mandatori Biodiesel, yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2024 tentang Pengelolaan Dana Perkebunan. Melalui program ini, biodiesel dicampurkan ke dalam bahan bakar minyak jenis solar sehingga bisa mengurangi ketergantungan pada energi fosil sekaligus mendorong pemanfaatan energi terbarukan berbasis sawit.

Dengan penetapan HIP terbaru, pemerintah memastikan agar rantai distribusi biodiesel, mulai dari produsen, distribusi, hingga konsumen akhir, tetap berjalan seimbang. Bagi masyarakat, hal ini memberi kepastian bahwa bahan bakar ramah lingkungan tetap hadir di SPBU, mendukung target transisi energi dan penurunan emisi.

Berlaku Mulai September

Harga ini akan berlaku efektif mulai 1 September 2025, mengikuti mekanisme evaluasi dan penyesuaian bulanan yang dilakukan Kementerian ESDM. Perhitungan detail HIP biodiesel bulan September dapat diakses melalui surat resmi yang diterbitkan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE).

Penetapan HIP biodiesel ini kembali menegaskan langkah pemerintah dalam memperkuat bauran energi bersih nasional. Dengan program mandatori biodiesel yang konsisten, Indonesia berharap bisa terus mengurangi emisi karbon sekaligus mengoptimalkan potensi sawit sebagai energi alternatif.

***

Ahmad Supardi, SustainergyID.

Tinggalkan komentar

Sedang Tren