Kemas Adrian, Manager Environment di Pertamina Hulu Indonesia. Design: SustainergyID.

Di sebuah lapangan basket, Kemas Adrian tersenyum lebar. Di sekelilingnya berdiri nama-nama besar bola basket Indonesia, ada Prastawa, Abraham Damar, Vincent Kosasih. Ia tak segan menyebut dirinya hanya “pegawai yang basketnya sekadar hobi.” Namun di luar lapangan, perannya jauh lebih dari sekadar hobi. Ia adalah Manager Environment di Pertamina Hulu Indonesia, dengan misi menjaga keberlanjutan lingkungan dalam industri migas yang sarat tantangan.

Sejak 17 tahun lalu, Kemas mengabdikan diri di dunia migas, terutama di sektor hulu. Latar belakangnya di teknik lingkungan membuatnya piawai mengurai persoalan kompleks: mulai dari regulasi, sistem manajemen, hingga risiko operasional. Empat tahun terakhir, ia dipercaya memimpin di level manajerial.

Di posisi itu, ia tak hanya mengurus dokumen perizinan atau laporan rutin, tetapi juga merancang strategi lingkungan yang terintegrasi dengan kerangka ESG (Environmental, Social, and Governance). Dari peta jalan, target, hingga partisipasi perusahaan dalam inisiatif global, semuanya berada dalam pengawasannya.

“Lingkungan itu bukan sekadar compliance,” tegasnya. “Kalau hanya sekadar patuh, kita tidak akan pernah maju. Tapi kalau kita menjadikannya bagian dari strategi bisnis, perusahaan bisa beroperasi berkelanjutan, dan masyarakat pun merasa dilibatkan.”

Prinsip Hidup Orang Enviro

Di lapangan migas, Kemas kerap berhadapan dengan kenyataan bahwa operasi perusahaan berbagi ruang dengan alam liar. Kadang ada kawanan gajah yang melintas di sekitar jalur pipa, kadang jejak harimau ditemukan tak jauh dari titik pengeboran. Situasi itu selalu menjadi pengingat bahwa manusia bukan pemilik tunggal ruang hidup.

“Prinsip dasarnya jelas,” ujarnya. “Bukan mereka yang ada di area kita, tapi kitalah yang masuk ke rumah mereka. Be nice, be kind, and be aware of anything from our activities that may harm them.”

Prinsip itu ia bawa ke mana pun ia ditempatkan. Dari mengurusi izin lingkungan, menyusun strategi perusahaan, hingga merumuskan peta jalan ESG, Kemas selalu melihat bahwa keberhasilan bukan hanya soal produksi energi, melainkan juga soal keberlanjutan hidup masyarakat dan kelestarian ekosistem.

Dari Migas ke LinkedIn

Kemas bukan hanya manajer lingkungan. Ia juga seorang penulis aktif di LinkedIn, tempat ia berbagi insight, refleksi, dan motivasi. Dari pengalaman belasan tahun di migas, ia menyalurkan gagasan tentang dunia kerja, kepemimpinan, dan keberanian untuk berubah.

Salah satu tema yang ramai jadi diskusi adalah switch career. Menurutnya, banyak orang terlalu lama bertahan di zona nyaman meski hatinya sudah ingin pindah arah.

“Kadang kita merasa berat, padahal kalau sudah tidak nyaman dan ingin putar, ya putar saja,” tulisnya. “Kadang kamu mau melindungi memori atau pengalaman. Seharusnya, berubahlah, belajarlah, explore-lah.”

Ia menutup dengan pesan yang menohok:
What’s done is done. It is history. Prepare and face tomorrow and your future. Jangan sampai nanti udah di ujung baru mikir: ‘Seharusnya aku…’ atau ‘I should’ve…’ Nah, do it now, live with the result later.”

Tulisan-tulisan ini membuat banyak profesional muda merasa terhubung. Di balik jabatannya, Kemas menghadirkan sisi mentor yang membumi, menyemangati orang lain untuk berani melangkah.

Kemas Adrian dan pemain timnas basket Indonesia, Prastawa, Abraham Damar, dan Vincent Kosasih. Foto: LinkedIn Kemas Adrian.

Humanis, Sportif, dan Rendah Hati

Meski sibuk dengan target ESG dan strategi lingkungan, Kemas tidak kehilangan sisi manusiawinya. Basket tetap menjadi ruang jeda dan energi baginya. Di lapangan, ia bukan seorang manajer, bukan pula birokrat, melainkan teman setim yang berlari, tertawa, dan berkompetisi dengan penuh semangat.

“Kalau di basket, kamu tidak bisa menang sendirian. Di kantor juga begitu. Kalau ingin mencapai target besar, semua harus main sesuai porsinya,” ujarnya.

Dari lapangan migas hingga LinkedIn, dari rapat strategis hingga lapangan basket, Kemas Adrian selalu menempatkan dirinya sebagai bagian dari komunitas. Ia bukan hanya menjaga bumi lewat kebijakan lingkungan, tetapi juga menjaga semangat banyak orang lewat tulisan dan kata-katanya.

Seperti bola basket yang terus memantul, inspirasinya tidak pernah berhenti. Ia percaya, energi untuk menjaga bumi dan energi untuk membangkitkan orang lain datang dari sumber yang sama: ketulusan, keberanian, dan kerendahan hati.

***

Ahmad Supardi, SustainergyID.

Tinggalkan komentar

Sedang Tren