Ilham Maulana, Ketua Nasional Generasi Energi Bersih (Gen-B). Design: SustainergyID.

Pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-80, suara generasi muda kembali menggaung. Generasi Energi Bersih Indonesia melayangkan sebuah surat terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto dan jajaran pemerintah. Isi surat itu bukan sekadar ucapan seremonial, melainkan gugatan serius terhadap arah kebijakan energi nasional. Mereka membawa satu seruan utama: “POWER SHIFT: Youth Demand Energy Justice Now.”

Seruan ini lahir dari keresahan nyata. Krisis iklim kian hari makin terasa di Indonesia. Suhu ekstrem, banjir bandang, kekeringan, hingga ancaman krisis pangan dan energi kini bukan lagi sekadar wacana, melainkan bagian dari keseharian. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menegaskan, agar suhu bumi tidak naik melebihi 1,5°C, emisi global harus memuncak sebelum 2025 dan berkurang hampir setengahnya pada 2030. Itu berarti jendela waktu bagi dunia, termasuk Indonesia, hanya tersisa kurang dari satu dekade.

Di tingkat nasional, persoalan ketidakadilan energi sangat nyata. Pulau Jawa mengalami surplus listrik, namun banyak wilayah di Indonesia timur masih hidup dalam keterbatasan akses energi. Padahal listrik bukan hanya soal lampu menyala. Bagi generasi muda, energi berarti kesempatan belajar, bekerja, berinovasi, bahkan hidup bermartabat.

Surat terbuka itu merumuskan empat tuntutan pokok. Pertama, pemerintah diminta mendeklarasikan Darurat Iklim Nasional agar krisis iklim ditempatkan sebagai prioritas lintas sektor. Kedua, pengesahan Second Nationally Determined Contribution (SNDC) yang ambisius dan adil, selaras dengan komitmen Perjanjian Paris 1,5°C. Ketiga, pensiun dini PLTU batu bara dengan mekanisme yang transparan, terukur, bebas konflik kepentingan, dan tidak membebani rakyat. Keempat, partisipasi bermakna generasi muda dalam perumusan dan pengawasan kebijakan energi.

“Kami tidak meminta, tapi menuntut. Karena ini bukan sekadar masa depan kami, ini adalah hidup kami,” tulis Generasi Energi Bersih Indonesia.

Bagi generasi muda, transisi menuju energi bersih bukan hanya solusi teknis, melainkan keputusan moral dan politik. Energi terbarukan, seperti surya, angin, dan hidro, yang diyakini mampu membuka lapangan kerja hijau, mengurangi polusi, serta memastikan energi yang terjangkau untuk semua. Pemerintah diingatkan agar tidak lagi menyerahkan arah kebijakan energi pada pelobi industri fosil yang hanya memperparah ketidakadilan sosial dan degradasi lingkungan.

Sejarah, kata mereka, akan mencatat apakah generasi ini akan mewarisi bumi yang layak huni, atau sekadar puing-puing akibat kelalaian hari ini. Dengan seruan POWER SHIFT, generasi muda menegaskan bahwa transisi energi bersih harus berlangsung adil, inklusif, dan berpihak pada rakyat.

Di tengah peringatan kemerdekaan ke-80 tahun, suara generasi muda ini menjadi pengingat, bahwa merdeka sejati bukan hanya lepas dari penjajahan, tapi juga bebas dari krisis iklim dan ketidakadilan energi.

***

Ilham Maulana, Ketua Nasional Generasi Energi Bersih (Gen-B).

Tinggalkan komentar

Sedang Tren