
Desa Sungai Gerong di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, kini punya wajah baru. Di tepian sungai yang dulu hanya jadi lalu lintas perahu nelayan, kini tumbuh pusat perikanan terintegrasi yang dirancang berkelanjutan. Namanya “Belida Musi Lestari”, program unggulan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) III Plaju, yang resmi diluncurkan pada Kamis (28/8).
Program ini bukan sekadar CSR biasa. Pertamina menyusunnya dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Kehadirannya juga menjadikan Sungai Gerong sebagai salah satu Desa Energi Berdikari (DEB) di Sumatera Selatan.
“Program Belida Musi Lestari menjadi wujud kepedulian Pertamina terhadap lingkungan dan masyarakat. Kami tidak hanya fokus menjaga kelestarian ikan Belida sebagai satwa endemik, tetapi juga menciptakan dampak sosial-ekonomi positif melalui pemberdayaan masyarakat,” ujar Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication Pertamina.
Benih program ini muncul sejak 2019, ketika upaya penyelamatan ikan Belida—ikon Sungai Musi—mulai digagas. Dua tahun berselang, langkah kecil itu berkembang menyentuh aspek sosial dengan melibatkan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan). Kini, jejaknya makin nyata: 18 sentra perikanan terintegrasi lahir, mencakup budidaya, pengolahan, hingga pemasaran produk.
Menurut Edward Manaor Siahaan, Manager CSR & SMEPP Management PT KPI, konsep yang dipakai berbasis circular economy. “Program ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan warga sekaligus menjaga keberlangsungan lingkungan,” jelasnya.
Dampaknya mulai terasa. Pertamina mencatat program ini membantu setidaknya 7 kelompok rentan, mulai dari pembudidaya ikan, buruh harian lepas, nelayan, hingga ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK), serta anak-anak yang mengalami gizi kurang.

UMKM hingga gizi anak desa
Di hilir, potensi ekonomi lokal ikut bergerak. Ikan hasil budidaya tidak hanya dijual segar, tapi juga diolah menjadi produk bernilai tambah: nugget ikan, kerupuk tulang, stik telur gabus, ikan salai, hingga olahan unik seperti stik akar kelapa patin. UMKM lokal ikut terangkat, membuka lapangan kerja baru bagi warga.
Tak hanya soal ekonomi, program ini juga menyentuh aspek kesehatan. Posyandu setempat kini mengintegrasikan olahan ikan dengan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan MPASI untuk balita. Tercatat sudah ada 40 jenis produk PMT & MPASI berbasis ikan dan sayuran hidroponik yang diproduksi untuk melawan gizi buruk.
“Pertamina mengangkat desa kami yang dulunya tertinggal untuk mulai bangkit, terutama dalam pelatihan budidaya perikanan yang sebelumnya tidak kami ketahui,” ungkap Aris Riyadi, Kepala Dusun Sungai Gerong.
Pertamina menyebut “Belida Musi Lestari” sebagai bagian dari komitmen jangka panjang menuju net zero emission 2060. Melalui program ini, perusahaan energi pelat merah itu ingin menunjukkan bahwa transisi energi dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Seluruh upaya ini sejalan dengan penerapan ESG di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina,” tutup Fadjar.
Dari Sungai Gerong, Banyuasin, cerita tentang Belida Musi Lestari bukan hanya tentang menyelamatkan satwa endemik, tetapi juga tentang memberi napas baru bagi desa, membuka harapan lewat energi, pangan, hingga kesehatan.
***
Ahmad Supardi, SustainergyID.





Tinggalkan komentar