Priyatno, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Margo Sugih yang beraktivitas di pertanian Kalijaran. Foto Pertamina

Di tengah tantangan krisis pangan dan perubahan iklim, Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap menemukan cara baru untuk bertahan. Bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) melalui Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit IV (RU IV) Cilacap, warga setempat kini mengandalkan energi terbarukan untuk menghidupkan lahan pertanian.

Program Kalijaran Masyarakat Pengelola Pertanian Berkelanjutan (MAPAN) di bawah payung Desa Energi Berdikari (DEB) menggabungkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) untuk irigasi sawah, hortikultura, hingga budidaya ikan. Hasilnya, lahan seluas 25 hektare yang sebelumnya sering kekeringan kini berubah menjadi area produktif, bahkan mampu panen berkali-kali dalam setahun.

PLTS di Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. (Foto/Dok/Kilang Pertamina International)

Dari tadah hujan jadi panen berlimpah

Priyatno, Ketua Gapoktan Margo Sugih, masih ingat betul kondisi sebelum hadirnya program ini. “Petani hanya bisa menanam saat musim hujan karena keterbatasan air. Kalau pakai pompa diesel, biayanya mahal dan menambah polusi,” ujarnya saat ditemui di Kalijaran, Kamis (28/8).

Kini, dengan energi surya dan angin, petani bisa menanam hingga tiga sampai enam kali panen per tahun. Pendapatan yang dulu hanya sekitar Rp80 ribu per bedeng per tahun, melonjak menjadi Rp800 ribu.

Tak hanya sawah, PLTS juga menghidupkan kolam ikan. Dari budidaya ini, mitra binaan memperoleh tambahan penghasilan Rp1,7 juta hingga Rp2,3 juta per panen. “Manfaatnya jauh lebih luas, kami bisa menggabungkan pertanian, perikanan, hingga peternakan dalam satu ekosistem,” tambah Priyatno.

Teknologi sederhana, manfaat berlapis

Energi ramah lingkungan yang digunakan di Kalijaran berkapasitas 12.540 Wattpeak, dengan potensi pengurangan emisi karbon mencapai 2.860 ton CO₂eq per tahun.

Nilai tambah lain datang dari pascapanen. Pertamina memberikan hibah mesin penggilingan padi dan jagung lengkap dengan fasilitas bangunannya. Gabah yang digiling kini bisa dikemas rapi dan dipasarkan, sementara dedaknya dimanfaatkan sebagai pakan bebek dan ternak.

“Harapan kami, desa bisa mandiri energi dengan PLTS, PLTB, dan energi gerak. Bahkan ke depan, air hasil pompanisasi bisa kami olah jadi air bersih,” tutur Priyatno.

Desa Energi Berdikari (DEB) adalah solusi transisi energi untuk mendukung kemandirian desa, ketahanan pangan, sekaligus mengurangi emisi karbon. Foto Pertamina

Dukungan Pertamina untuk desa berkelanjutan

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa MAPAN Kalijaran merupakan bagian dari upaya tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) perusahaan.

“Desa Energi Berdikari (DEB) adalah solusi transisi energi untuk mendukung kemandirian desa, ketahanan pangan, sekaligus mengurangi emisi karbon. Pertamina berharap program ini sejalan dengan visi Asta Cita Pemerintah Indonesia,” ujarnya.

Komitmen Pertamina untuk transisi energi juga erat kaitannya dengan target Net Zero Emission 2060 dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Apa yang terjadi di Kalijaran menunjukkan bahwa energi bersih bukan hanya urusan pabrik besar atau kilang migas. Dengan teknologi tepat guna, desa bisa menjadi laboratorium kecil kemandirian energi dan pangan. Dari sawah yang dulu bergantung hujan, kini tumbuh cerita tentang panen melimpah, ikan bertebaran, dan masyarakat yang lebih sejahtera.

***

Ahmad Supardi, SustainergyID.

Tinggalkan komentar

Sedang Tren