Shasha harus rela kehilangan kaki kanan depan akibat kena jerat. Kini, ia dalam proses penyembuhan. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

Mata Shasha kosong. Wajahnya tertunduk muram. Di balik jeruji besi berukuran 1×3 meter di belakang Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, anak beruang madu betina itu kini menjalani hari-hari sunyi, jauh dari pelukan induknya.

Usianya baru setahun, tapi Shasha sudah kehilangan bagian tubuh penting: kaki kanan depannya. Semua berawal Senin, 15 Juli 2019. Shasha terjerat perangkap babi hutan di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Padas, Kabupaten Seluma, Bengkulu.

Tiga hari lamanya jerat itu menahan. Kakinya bengkak, membusuk, hingga jari-jarinya rontok satu per satu.

“Induknya masih di sekitar, tapi panik dan tak bisa menolong,” ujar Suharno, Koordinator Tim Evakuasi BKSDA Bengkulu. Tim terpaksa mengusir induk dengan bunyian sebelum mengamankan Shasha.

Shasha, anak beruang madu betina yang kena jerat babi di kebun liar kawasan Hutan Produksi Terbatas [HPT] Bukit Padas, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, Senin [15/7/2019]. Foto: BKSDA Bengkulu

Perjuangan Menyelamatkan Shasha

Shasha dibawa ke Bengkulu. Pada malam pertama di tempat evakuasi, ia mulai menggigiti kakinya yang luka. Keesokan harinya, beberapa ruas tulang jari copot. Dokter Hewan Erni Suyanti Musabine segera mengambil tindakan.

“Kalau dibiarkan, risiko sepsis sangat tinggi dan bisa merenggut nyawanya,” kata Yanti. Sore itu, operasi amputasi dilakukan. Selama hampir empat jam, tim medis bekerja, memotong hingga bagian metacarpal.

Pascaoperasi, Shasha menjalani perawatan intensif: obat infeksi, pemeriksaan darah, nutrisi khusus, hingga pengawasan ketat dari polisi hutan. “Penyembuhan butuh waktu panjang. Pulang ke habitatnya masih jauh,” ujar Yanti.

Sepasang beruang madu bermain di atas pohon. Foto: Rhett Butler/Mongabay

Satwa Identitas yang Terancam

Beruang madu (Helarctos malayanus) adalah satwa identitas Bengkulu. Ia dipilih menjadi maskot Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) X Sumatera pada 2019 dengan julukan “Dang Du.” Ironisnya, di balik status kehormatan itu, hidup beruang madu tak pernah aman.

BKSDA Bengkulu mencatat sedikitnya tujuh habitat beruang madu di wilayahnya. Namun, konflik dengan manusia terus meningkat. Hutan yang menyempit karena perkebunan sawit, karet, kopi, hingga tambang membuat beruang terpaksa turun ke kebun dan permukiman.

Mongabay mencatat setidaknya tiga kasus konflik dalam tiga tahun terakhir. Pada Januari 2017, warga Seluma panik saat beruang betina dua meter masuk desa dan merusak tanaman. April 2018, di Seluma lagi, seorang warga terluka di kaki akibat serangan beruang. Awal 2019, petani di Desa Selingsingan nyaris tewas berhadapan dengan satwa ini.

“Habitat mereka makin terhimpit. Kalau rusak terus, konflik dengan manusia tak terhindarkan,” kata Kepala BKSDA Bengkulu, Donal Hutasoit.

Kasus Shasha hanyalah satu contoh kecil dari banyak satwa liar yang jadi korban jerat. Perangkap sederhana itu sering dipasang untuk babi hutan, tapi tak jarang menjerat kijang, tapir, bahkan harimau. Luka akibat jerat bisa sangat fatal, infeksi, kehilangan anggota tubuh, hingga kematian.

Berdasarkan Peraturan Menteri LHK P.106/2018, beruang madu termasuk satwa dilindungi. Pelaku yang sengaja memburu atau membunuh bisa dijerat UU No. 5/1990, dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara dan denda Rp100 juta.

Namun, jerat terus dipasang, habitat terus dibabat. Maskot yang diagungkan di panggung olahraga justru menderita di hutan rumahnya.

Shasha kini selamat, meski harus hidup dengan tiga kaki.

***

Ahmad Supardi, SustainergyID.

Tulisan ini juga diterbitkan di Mongabay Indonesia dengan judul Usia Baru Setahun, Shasha Kehilangan Kaki Akibat Jerat

Tinggalkan komentar

Sedang Tren